Mengenai Saya

Foto saya
Lahir di Situbondo 1 Juli tahun sekian *hihi* TK di PG Olean,SD di SDN 3 Dawuhan,SMP di SMPN 1 Situbondo,SMA di SMAN 1 Situbondo,skarang masih di STKIP PGRI Situbondo. Anak tertua dari 3 brsodara, orang paling kalem dari 4 sekawan *lho..* Paling sering berantem sama Ayah gara2 beda fikiran tapi paling dekat juga sama Ayah. Pecinta hewan,suka tidur,dan selalu mendambakan tanggal merah,buat saya tanggal merah itu ''sesuatu'' hehehe Apa lagi?? Wes pokok e ga suka nyari2 masalah,asal ga disalah2i,hehe :D Paling ga suka sama orang sok,pamer materi,menyepelekan orang lain,pembual dan sebagainya dan sebagainya. Paling susah marah *syarat ketentuan berlaku* Saya suka orang humoris,smart,inovatif *hayah* Selebihnya silahkan nilai sendiri kenali saya dari saya sendiri,jangan bertanya tentang saya pada orang lain,belum tentu mereka memberi jawaban yg pas,karena mereka tidak mengenal saya sebaik diri saya sendiri.

Senin, 16 Januari 2012

Cinta tak selalu dengan Bunga


Suamiku adalah seorang insinyur, aku mencintai sifatnya yang alami dan aku menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaanku, ketika aku bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus kuakui, bahwa aku mulai merasa lelah. Alasan- alasanku mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang membosankan. Aku seorang wanita yang sentimentil dan benar- benar sensitif serta berperasaan halus. Aku selalu merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu
tidak pernah kudapatkan. Suamiku jauh berbeda dari yang kuharapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapanku akan cinta yang ideal. Suatu hari, aku beranikan diri untuk mengatakan keputusanku kepadanya, bahwa aku menginginkan perceraian.
"Mengapa dik?" tanya suamiku dengan terkejut.
"Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang kuinginkan" jawabku ketus. Suamiku hanya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaanku semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa kuharapkan darinya? Dan akhirnya suamiku membuka percakapan, "Apa yang dapat kulakukan untuk mengubah pikiranmu, dik?" Aku menatap matanya dalam- dalam dan menjawab dengan pelan, "Begini saja, Aku punya sebuah pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaanku, aku akan berubah pikiran. Seandainya, Aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. dan semua orang tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetikkan bunga itu untukku?" Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."
Perasaanku langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan aku menemukan selembar kertas dengan coret-coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan... Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya. Kalimat pertama ini menghancurkan perasaanku. Aku melanjutkan untuk membacanya. "Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu
yang pegal." "Tempatmu adalah di rumah, dan saya khawatir kamu akan menjadi 'aneh' dan bosan lalu keluar tak tentu arah. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal- hal lucu yang saya alami." "Kamu seringkali terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu." "Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu." "Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematian saya." "Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih daripada saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan, kaki, dan mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak berhak menahanmu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu." Air mata saya jatuh diatas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya. "Dan sekarang, kamu telah membaca jawaban saya, Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia." "Atau, Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, karena sekarang saya sedang berdiri disini menunggu jawaban kamu." Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang segelas susu dan roti kesukaan saya. Ya Allah, kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah mencintaiku lebih daripada dia. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Macavity, kucing misterius pulang pergi naik bus sendiri




"Dia duduk di bagian depan bus, menunggu dengan sabar untuk berhenti di depan halte dan kemudian turun, itu cukup aneh pada awalnya tapi sekarang sepertinya merupakan pemandangan biasa bagiku. aku memperlakukan dia sama seperti penumpangku yang lain, Ia duduk tenang, sangat tenang seolah-olah disibukkan dengan pikirannya sendiri, untuk liburan mungkin'' Ucap sopir bus langganan kucing gemuk berbulu putih dan bermata flip-flop ini (warna mata berbeda).

Bill sopir Khunkhun, 49, yang pertama kali melihat kucing ini melompat dari bus pada Januari 2010, dia mengatakan: "Ini benar-benar aneh, pertama kali saya melihat kucing itu melompat turun dari bus dengan sekelompok penumpang aku tidak melihat itu sebagai hal luar bisa karena mungkin dy adalah kucing dari salah seorang penumpangku. hanya yang agak membingungkan.
tidak seorangpun yang merasa membawa kucing''

"Keesokan harinya aku berhenti di Churchill Road untuk membiarkan beberapa penumpang masuk bus, Begitu saya membuka pintu kucing itu berlari menuju bus,. Melompat dan berlari menuju bawah salah satu kursi, saya tidak berpikir salah satu dari penumpang ada yang memperhatikannya. Namun karena hal ini sering terjadi, beberapa penumpang saya akhirnya menyadari kehadiran rutin dari kucing tersebut''.


 Sejak Januari, ketika kucing itu pertama kali naik bus ia telah melakukannya dua atau tiga kali seminggu dan selalu naik dan turun di halte yang sama. Hal ini cukup menarik dan memancing senyum beberapa penumpang, bahkan beberapa dari mereka sengaja membiarkan kosong kursi yang biasa ditempati '' si Macavity'' ini, beberapa penumpang juga mengaku sengaja menaiki bus karena iseng ingin menyaksikan ulah unik kucing satu ini. Tidak ada yang tau pasti dimana si kucing tinggal dan siapa pemiliknya, namun yang jelas kehadiran 'Macavity' membuat bus tersebut menjadi lebih sesak.